Minggu, September 15, 2024

Pengukuhan Tim Pemenangan Bintang-Faisal...

SUBULUSSALAM - Bakal Calon Wali Kota/Wakil Wali Kota Subulussalam, H. Affan Alfian Bintang,...

Hari ke 3 Arung...

KUTACANE - Hingga hari ketiga penyelenggaraan pertandingan (Sabtu, 14 September 2024) tim Provinsi...

Pengumuman Penerimaan Masukan dan...

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA SUBULUSSALAM PENGUMUMAN NOMOR: 442/PL.02.2-Pu/1175/2024 TENTANG PENERIMAAN MASUKAN DAN TANGGAPAN MASYARAKAT PASANGAN CALON...

SKK Migas dan KKKS...

SATUAN Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)...
BerandaPemikiran Politisi dan...

Pemikiran Politisi dan Tindakannya

PERANG yang tidak bisa dimenangkan, sejak serangan kafir Belanda pada 26 Maret 1873, telah menggerus kebudayaan dan peradaban di Aceh sehingga hanya menyisakan puing-puing yang kabur. Ada beberapa orang berusaha keras mengelap debu-debu di permukaannya sekarang, dan satu dua mulai terlihat.

Lalu apa sikap politisi dan pemerintah terhadapnya?

Persis seperti kambing memperlakukan kain sutera, mengais dan menginjaknya, karena kain tidak diperlukan oleh kambing yang memakan rumput dan dedaunan.

Kain sutera tidak bisa dimakan oleh kambing, dan binatang mmbheek itu pun tidak memakai selimut atau baju. Tapi ini bukan artinya saya mengumpamakan politisi dan pemerintah seperti kambing, bukan. Itu hanya metafora.

Oleh karena itu, para pegiat atau aktivis kebudayaan, kusarankan untuk mempelajari politik, dan beberapa di antara kita masuk ke dunia politik, setelah memiliki persiapan. Tanpa memahami dan tanpa masuk ke dalam dunia politik, maka semua warisan budaya, baik artefak, manuskrip, atau nilai, dan lainnya, selamanya akan terabaikan, persis diabaikannya kain sutera oleh kambing.

Lalu, apakah kita, tatkala masuk ke dunia politik akan seperti kambing atau seperti harimau, atau seperti gajah? Jadilah seperti gajah, yang disiplin, santun, dan melindungi, walaupun ia tahu dirinya paling kuat dan paling besar. 

Kita sudah lama memibarkan orang-orang yang kurang berkarakter dan kurang ideologi mengurus politik dan pemerintahan. 

Dunia politik hanyalah sebuah lingkungan kegiatan dengan segala permasalahannya. Siapapun yang memiliki minat, kemampuan, dan kepentingan boleh memasukinya.

Pada awalnya, kita para pegiat budaya hanya memiliki kepentingan kecil dalam dunia politik, yakni kegiatan kita menjadi agenda penting pemerintahan, supaya keberadaan kita diakui.

Namun keadaan Aceh dalam beberapa tahun ini menuntut kita untuk lebih peduli pada dunia politik, disebabkan dunia kebudayaan telah menjadi korbannya. Selama ini, para pengurus pemerintah mengabaikan kebudayaan.

Karena kebudayaan telah menjadi korban politik, maka para pegiat budaya mesti masuk ke dunia politik dengan tetap menjadi pegiat budaya. Harus itu.

Pemerintahan di Aceh juga tanggung jawab kita, para pegiat budaya atau aktivis kebudayaan.

Kalau handai taulan sekalian belum memahami bagaimana cara masuk ke dunia politik dengan tetap menjadi pegiat budaya, maka saya akan memberikan contohnya sejak tahun 2017, setelah gubernur baru dilantik. Kuharap tidak sendiri kali ini. Selamat berjuang![]

Thayeb Loh Angen, Aktivis Kebudayaan, Penulis novel Aceh 2025.

Baca juga: