Bumi dan Penyair
Karya: Thayeb Loh Angen
Penyair dari Sumatra
Wahai penyair
Engkau tidak membawakan pena dan kertas
bagaimana akan kautulis surat cinta untukku
Wahai langit
diriku adalah pena dan bumi adalah kertasku
seluruh hidupku adalah surat cintaku untukmu.
Mendengar percakapan itu, bumi berseru
Wahai manusia celaka
engkau berjalan di atas punggungku
hidup di atasku
kaujadikan punggungku sebagai kitabmu
namun, kautulis puisi untuk langit.
Wahai bumi, janganlah engkau cemburu
aku berasal darimu dan akan kembali padamu
bahkan aku dan sekalian puisiku adalah milikmu jua.
Engkau pendusta, bahkan aku adalah milik Allah Taala
Bagaimana mungkin engkau itu milikku.
Mendengar perdebatan itu, langit pun berseru
Wahai bumi
janganlah engkau terlalu percaya akan kata-kata penyair,
dia menulis surat cinta untukku, tetapi di dalam bahasamu
manalah mungkin aku mengerti yang dituliskannya.
Sang penyair menengadah
Wahai langit
jika engkau tidak menyukai syairku
ibuku, bumi, akan selalu menyukainya.
Mendengar itu, bumi tersenyum
maka harum semerbaklah seluruh daratan dan angkasa
tumbuhlah pepohonan di hutan
bersukacitalah ikan-ikan di laut
Sang penyair pun menulis di batu
Penyair membutuhkan bumi
bumi pun membutuhkan penyair.
Banda Aceh, 15 November 2023.
Thayeb Loh Angen
Penyair dari Sumatra.