LHOKSUKON – Sejumlah warga membawa pulang air berwarna merah diambil dari parit di Desa Meunasah Ranto LB, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, Sabtu, 1 Januari 2022.
Pantauan di lapangan, ramai warga memadati lokasi parit tersebut sejak Sabtu pagi sampai menjelang Magrib. Puluhan warga yang merasa penasaran dengan fenomena alam itu tampak masih berada di lokasi, Ahad (2/1).
Parit yang airnya berwarna merah itu seolah menjadi lokasi wisata dadakan di tengah banjir melanda sejumlah kecamatan di Aceh Utara.
Momen tersebut juga dimanfaatkan beberapa pedagang makanan untuk menjajakan dagangan mereka.
Sejumlah warga mengambil air dari parit tersebut untuk dibawa pulang. Ada warga yang memasukkan air merah itu ke dalam kantong plastik, ada pula menggunakan botol air mineral.
Herman (35), warga Desa Meunje, Kecamatan Lhoksukon, mengatakan ia langsung menuju Desa Ranto LB setelah memperoleh informasi tentang air parit berubah menjadi merah. Dia ikut mengambil air merah tersebut setengah botol air mineral ukuran 1 liter.
“Untuk bukti saja, untuk sampel, tidak untuk diminum,” ujar Herman saat ditanya untuk apa ia mengambil air itu, Sabtu (1/1).
Samsul (50), warga Desa Alue Drien, Kecamatan Lhoksukon, memasukkan air merah tersebut ke dalam dua botol mineral berukuran 600 ml.
Dia mengetahui air parit berwarna merah itu sejak Sabtu pagi. Lalu, sorenya, Samsul kembali untuk mengambil air tersebut.
“Yang pertama, semoga menjadi obat. Kalau tidak bisa menjadi obat, ya, jadi contoh barang,” ucap Samsul menyampaikan alasannya mengambil air tersebut.
Samsul menyebut ia berencana membawa sampel air parit berwarna merah tersebut kepada ulama untuk menanyakan tentang fenomena alam itu.
(Warga membawa pulang air parit berwarna merah di Desa Meunasah Ranto LB, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara, Sabtu, 1 Januari 2021. Foto: Amrizal)
Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Aceh Utara, Teuku Cut Ibrahim mengatakan tim DLHK sudah melakukan pemeriksaan terhadap sampel air parit itu menggunakan alat portabel multiparameter, yang hasilnya keluar pada pukul 16.17 WIB, Sabtu (1/1).
“Kondisi air bening, tidak lengket, tidak berbau, pH (indikator asam/basa) 7,02, DO (oksigen terlarut) 3,66, TDS (total zat terlarut) 221 mg/l, temperatur 26,7 derajat,” kata Teuku Cut Ibrahim melalui pesan WhatsApp, Ahad (2/1).
Kesimpulan sementara, kata dia, parameter air dalam kondisi normal, hanya saja berwarna merah. “Sebagai tindak lanjut sampel air telah kami kirimkan ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Aceh untuk mendapatkan hasil uji berikutnya sesuai Permenkes tentang standar kualitas air bersih,” ujar Teuku Cut Ibrahim.
Sebagai perbandingan, dalam Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, disebutkan tentang parameter fisik dan kimiawi yaitu memiliki pH berkisar 6,5 – 8,5 dan TDS yang tidak boleh melewati angka 500 mg/l serta tidak berbau.
Sebelumnya diberitakan, pihak Polsek Lhoksukon dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara yang turun ke lokasi telah memasang garis polisi agar masyarakat tidak mengambil air merah tersebut.
“Tadi ada beberapa warga yang mengambil air tersebut dengan botol air mineral. Polisi sudah memasang tanda agar masyarakat tidak lagi mengambil air. Kita belum tahu apa kandungan air tersebut, bisa saja berbahaya, biar dicek oleh petugas laboratorium Dinkes dulu,” ujar Zulfikar Syadli, petugas BPBD Aceh Utara, Sabtu (1/1).
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh Utara, Mahzar, S.Kep., Sabtu, mengatakan dugaan awal air berwarna merah itu disebabkan fenomena ganggang merah. “Belum diketahui penyebab air berwarna merah tersebut. Petugas dari Dinkes Aceh Utara telah mengambil sampel untuk diuji di laboratorium,” kata Mahzar.
“Kami memohon kepada masyarakat sekitar agar tidak mengambil untuk mengonsumsi air tersebut, karena kita belum tahu kandungan di dalam air yang merah itu, baik atau tidak kadarnya, sebelum ada hasil uji laboratorium,” tambah Mahzar.
Lihat pula: Heboh Air Parit Berubah Merah di Lhoksukon, Ini Kata Warga dan Dinkes
[](mag-amrizal)