Laporan Irda Agustina, Anggota Komunitas Jurnalis Warga Banda Aceh
Musim mudik telah tiba. Saatnya menyenangkan diri untuk bertemu orang-orang tersayang: keluarga di kampung. Sebelum mudik ke Desa Sigleng, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan, saya melakukan vaksinasi booster di Masjid Babuttaqwa, Jeulingke, Banda Aceh, di samping Mapolda Aceh. Vaksinasi dimulai setelah salat Tarawih. Peserta vaksinasi hanya perlu menunjukkan NIK (nomor induk kependudukan), dan kartu vaksinasi sebelumnya sebagai bukti telah mendapatkan dosis 1 dan 2.
Semenjak Covid-19 masuk ke Aceh pada Maret 2020, pemerintah terus mengimbau masyarakat agar disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 dengan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan menggunakan sabun/air mengalir. Menjelang Hari Raya Idulfitri 1443 Hijriah, masyarakat juga diharuskan melakukan vaksinasi dosis pertama, kedua, dan booster sebelum melakukan mudik.
Keadaan ini sangat saya rasakan ketika di Kota Banda Aceh. Kondisi sebaliknya di kampung halaman saya, Desa Sigleng, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan. Hingga saat ini hampir tidak ada yang memakai masker dan menjaga jarak, sama seperti sebelum pandemi Covid-19.
Kecamatan Trumon telah menggencarkan vaksinasi Covid-19 sejak akhir tahun 2021. Kegiatan vaksinasi Covid-19 digelar dua hari pada Senin-Selasa (27-28/12/2021) di halaman Kantor Kecamatan Trumon. Begitu juga di Desa Sigleng, vaksinasi telah dilaksanakan di TK Desa Sigleng. Vaksinasi rutin dilakukan setiap Rabu, pukul 09.00 hingga 12.00 WIB di UPTD Puskesmas Trumon. Akan tetapi, jadwal vaksinasi selama Ramadan sudah berubah.
Desi Zulfira (26), salah satu vaksinator yang saya wawancarai pada 22 April 2022, menjelaskan terkait jadwal vaksinasi di UPTD Puskesmas Trumon. Selama Ramadan ini, jadwal vaksinasi rutin dilakukan setiap Minggu malam hingga Jumat malam setelah salat Tarawih. Dimulai pukul 21.00 WIB hingga selesai, tergantung banyaknya peserta vaksinasi yang hadir di UPTD Puskesmas Trumon. Syaratnya pun mudah, peserta yang ingin vaksinasi cukup membawa KTP.
Desi menyarankan agar masyarakat yang akan melakukan vaksinasi untuk menyiapkan diri terlebih dahulu, seperti panduan yang ditetapkan Satuan Tugas Penanganan Covid-19.
Berikut lima hal yang harus dilakukan sebelum vaksinasi Covid-19:
1. Penuhi kebutuhan nutrisi
Untuk menjaga daya tahan tubuh tetap kuat, disarankan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi, seperti protein, vitamin, dan mineral, selama satu minggu sebelum dan setelah mendapatkan vaksin Covid-19.
2. Istirahat yang cukup
Beberapa hari sebelum mendapatkan vaksin Covid-19, sebaiknya tidak begadang dan cukupi waktu istirahat dengan tidur selama 7–9 jam setiap malamnya.
3. Jangan olahraga berlebihan
Olahraga yang berlebihan justru bisa menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Agar olahraga yang dilakukan tetap sehat dan aman, lakukan setidaknya 20–30 menit setiap hari atau minimal 3–5 kali per minggu.
4. Jalani pengobatan dari dokter
Bagi orang dengan penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau infeksi HIV, disarankan untuk menjalani pengobatan dari dokter sebelum mendapatkan vaksin Covid-19. Agar lebih aman, orang dengan penyakit kronis sebaiknya berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu sebelum disuntik vaksin Covid-19.
5. Informasikan kondisi kesehatan diri dengan benar
Beri tahu dokter atau petugas vaksinasi Covid-19 mengenai kondisi kesehatan saat hendak divaksinasi. Misalnya seperti demam; riwayat alergi terhadap vaksin; penyakit tertentu seperti kelainan darah, autoimun, kardiovaskular, diabetes, HIV, gangguan ginjal, atau liver; konsumsi obat-obatan tertentu; hamil atau berencana hamil; dan masa menyusui.
Menginformasikan kondisi kesehatan dengan benar akan membantu dokter atau petugas vaksinasi saat melakukan pemeriksaan kesehatan.
Saat berada di kampung halaman, saya banyak berbincang dengan warga desa. Apakah Anda sudah vaksinasi? Pertanyaan tersebut saya lontarkan kepada Roslaini, 28 tahun, warga Desa Sigleng, Kecamatan Trumon.
Roslaini tinggal berdua dengan ibunya yang sedang sakit stroke. Ibunya hanya bisa berbaring di tempat tidur dan sulit untuk berbicara. Kondisi ini membuat Roslaini harus merawat dan menjaga ibunya setiap hari di rumahnya.
Roslaini yang saya temui di rumahnya pada 21 April 2022, mengaku sudah mendapatkan vaksin dosis pertama di UPTD Puskesmas Trumon. Ia menyatakan terpaksa melakukan vaksinasi karena tuntutan dari perangkat desa.
Awalnya, Roslaini enggan melakukan vaksinasi karena tidak percaya adanya Covid-19 hingga saat ini. Namun, karena tuntutan, sebagai warga desa yang baik, ia pun pergi ke puskesmas menggunakan sepeda motor. Sebelumnya ia telah menitipkan ibunya di rumah kepada saudaranya.
Karena tidak bisa membawa ibunya ke puskesmas, Roslaini hanya bisa bertanya kepada dokter mengenai kondisi ibunya apakah bisa divaksin atau tidak. Dokter menyatakan bahwa ibunya tidak perlu divaksin karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan.
Setelah mendapatkan vaksin dosis pertama, Roslaini mengalami reaksi atau kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI). Ia mengalami gejala demam tinggi, dan segera melapor ke UPTD Puskesmas Trumon. Seusai diberi obat oleh dokter, ia langsung kembali ke rumahnya.
Roslaini mengaku mengalami demam tinggi selama seminggu. Kondisi ini membuat dirinya kesulitan untuk merawat ibunya, sehingga ia membutuhkan bantuan saudaranya.
Ia menyatakan sebelumnya tidak pernah mengalami demam tinggi selama seminggu. Hal ini membuatnya semakin tidak ingin melakukan vaksin dosis kedua.
Roslaini juga bercerita bahwa ia sering melihat berita adanya bantuan sosial dari pemerintah kepada warga terdampak pandemi Covid-19, dan mensyaratkan vaksinasi agar bisa mendapatkan bantuan sosial. Akan tetapi, hingga saat ini, ia belum memperoleh bantuan apa pun baik sembako maupun uang tunai.
Ia berharap bisa segera mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah ataupun perangkat desa. Karena bantuan itu akan sangat membantunya di tengah situasi saat ini.
Saya juga mewawancarai seorang pemuda Desa Sigleng pada 22 April 2022. Ia tidak ingin identitasnya dipublikasikan. Pemuda ini mengaku telah melakukan vaksin dosis pertama dan kedua di UPTD Puskesmas Trumon. Sama seperti Roslaini, ia mengaku terpaksa melakukan vaksinasi hingga dosis kedua karena tuntutan dari tempat dirinya bekerja. Sebab, ia tidak akan diizinkan bekerja apabila belum divaksin hingga dosis kedua. Setelah vaksinasi, ia mengaku tidak mengalami KIPI.
Pemuda tersebut menilai jadwal vaksinasi di UPTD Puskesmas Trumon yang hanya dibuka pada jam kerja, pukul 09.00 hingga 12.00 WIB, membuatnya kesulitan. Karena jadwal kerjanya dari Senin hingga Sabtu, mulai pukul 08.00 hingga 14.00 WIB. Ia perlu mendapatkan izin dari atasan saat jam kerja untuk pergi ke puskesmas.
Ia menyarankan sebaiknya jadwal vaksinasi di UPTD Puskesmas Trumon diperpanjang hingga sore agar tidak terjadi antrean panjang dan sangat lama pada jam kerja.
Saya turut mewawancarai Edi Fitriadi, 21 tahun, mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) Jurusan S1 Teknik Asitektur pada 21 April 2022. Ia baru saja mudik dari Banda Aceh ke kampung halamannya di Desa Sigleng. Edi mengaku belum mendapatkan vaksin booster. Ia akan melakukan vaksin booster sebelum kembali ke Banda Aceh setelah libur Idulfitri.
Sebelumnya, Edi telah melakukan vaksin Covid-19 dosis pertama dan kedua di UPTD Puskesmas Trumon. Ia tidak mengalami KIPI. Edi melakukan vaksinasi karena sadar akan bahaya Covid-19. Ia menyadari dengan vaksinasi dapat mengurangi risiko tertular atau menulari kepada orang lain, serta sebagai bentuk pertahanan imunitas diri agar saat terpapar tidak mengalami gejala berat.
Edi bercerita bahwa sama halnya seperti virus cacar, ia mendapat dukungan dari orangtuanya untuk melakukan vaksin cacar saat dirinya masih anak-anak agar mengurangi risiko tertular atau menulari virus itu kepada orang lain, serta bentuk pertahanan imunitas diri terhadap virus cacar.
Selain itu, vaksin Covid-19 ini juga sebagai syarat untuk melanjutkan studinya di USK.
Namun, menurut Edi, saat ia melakukan vaksinasi di UPTD Puskesmas Trumon, masih banyak mahasiswa lain yang tidak memercayai Covid-19, dan melakukan vaksinasi karena terpaksa agar bisa melanjutkan studi di USK.
Begitu juga dengan situasi di kampung halamannya, banyak warga yang terpaksa melakukan vaksin Covid-19.
Edi menyebut ada beberapa alasan warga Desa Singleng melakukan vaksinasi. Pertama, adanya tuntutan dari perangkat desa dan pemerintah yang mewajibkan untuk vaksinasi. Kedua, tuntutan dari tempat mereka bekerja yang mewajibkan untuk divaksin. Ketiga, sadar bahwa dengan vaksinasi dapat mengurangi risiko tertular atau menulari Covid-19 kepada orang lain, serta sebagai bentuk pertahanan imunitas diri agar saat terpapar tidak mengalami gejala berat.
Menurut Edi, alasan pertama sangat mendominasi warga desa ini untuk melakukan vaksinasi dosis pertama. Sebelum perangkat desa mewajibkan semua masyarakat melakukan vaksinasi, hanya beberapa warga yang melakukan vaksinasi karena alasan ketiga dan kedua.
Ia pun berharap agar pemerintah dan perangkat desa tidak hanya fokus mewajibkan warga agar melakukan vaksinasi. Akan tetapi juga perlu memberikan edukasi secara maksimal tentang Covid-19 dan vaksinasi kepada masyarakatnya secara tepat sasaran agar semua warga teredukasi dan tidak menelan hoaks yang banyak bertebaran di media sosial saat ini.
Setelah mewawancarai beberapa warga Desa Sigleng dengan latar belakang yang berbeda-beda, saya pun mengerti mengapa banyak sekali warga yang tidak menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari layaknya keadaan desa ini sama seperti sebelum pandemi Covid-19.[]