26.9 C
Banda Aceh

Mahasiswa Aceh di Yogyakarta Sebut Anak Muda tidak Dilibatkan dalam Revisi UUPA

BANDA ACEH – Fadhli Espece, mahasiswa Aceh di Yogyakarta, menyebut elite Aceh tidak melibatkan anak muda—sebagai penerus estafet kepemimpinan—dalam diskursus revisi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Dia menyarakan anak muda atau mahasiswa dapat berperan dengan membentuk posko-posko di setiap daerah untuk menyerap langsung aspirasi dari akar rumput terkait revisi UUPA.

Dihubungi portalsatu.com, Rabu, 8 Maret 2023, malam, mantan Sekretaris Jenderal Komite Mahasiswa dan Pemuda Aceh Nusantara (KMPAN) itu mengatakan wacana revisi UUPA telah bergulir dalam beberapa tahun terakhir. Sejak wacana itu bergulir, stakeholder di Aceh telah membentuk tim khusus untuk melakukan kajian atas Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki dan UUPA.

Menurut Fadhli, dalam lima tahun terakhir paling tidak sudah terbentuk lima tim yang di-SK-kan baik oleh Gubernur (Eksekutif) maupun Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh (Legislatif). Bahkan, Lembaga Wali Nanggroe Aceh turut membentuk Tim Khusus Advokasi MoU Helsinki dan UUPA.

“Sayangnya, dari sekian banyak tim yang telah dibentuk oleh elite pemerintahan di Aceh tidak ada representasi anak muda yang dilibatkan dalam diskursus revisi UUPA. UUPA seolah-olah hanya milik elite dan para penguasa. Padahal, anak muda juga penting terlibat sebagai penerus estafet kepemimpinan di Aceh,” kata Fadhli.

Fadhli menilai pengabaian terhadap anak muda juga disebabkan anak muda sendiri yang sudah tidak memiliki bargaining sebagaimana dua dekade silam. “Di satu sisi anak muda Aceh lebih disibukkan dengan isu dan sentimen sektarian, sehingga suara mereka hanya dianggap suara bising belaka,” ujarnya.

Dia menegaskan anak muda Aceh perlu dan harus dilibatkan dalam segala proses pembentukan kebijakan tentang Aceh, apalagi terkait revisi UUPA. “Selama ini anak muda hanya diperalat oleh generasi tua, khususnya menjelang Pemilu,” ungkap Fadhli.

Fadhli menyatakan selama ini anak muda hanya dijadikan sebagai tukang ikat spanduk, pasang baliho, dan pot-pot (mengibarkan) bendera samata. Artinya, anak muda tidak ditempatkan dalam posisi-posisi strategis yang berperan signifikan dalam menentukan arah Aceh ke depan.

“Ketika anak muda sudah tereliminasi dan Aceh mulai meuchokoloh, generasi tua hanya mampu mengutuk keadaan sambil menyalahkan anak muda yang tidak mengerti sejarah. Padahal, kesalahan mereka (kaum tua) yang tidak sadar akan pentingnya kerja estafet untuk jangka panjang, anak muda tidak pernah dilibatkan sebagai pelaku sejarah,” kata Fadhli.

Menurut Fadhli, selain tim-tim yang dibentuk oleh Pemerintah dan DPR Aceh, sebenarnya anak muda dapat berperan dengan membentuk posko-posko di setiap daerah untuk menyerap langsung aspirasi dari akar rumput terkait revisi UUPA.

“Jadi sifatnya bottom-up, tidak hanya top-down. Dengan begini bahkan anak muda dapat menawarkan draf sendiri versi anak muda kepada publik. Namun, hal ini sulit terjadi jika anak muda tidak bersatu,” tegas Fadhli.

Fadhli menyatakan persoalan bargaining atau nilai tawar tidak bisa dibangun dalam satu malam. Bargaining itu tumbuh dari rentetan dan akumulasi kinerja yang telah dilakukan selama ini.

“Ini sangat bergantung pada kualitas pikiran dan sumber daya manusia. Jika pikiran dan SDM berkualitas, kuantitas tidak lagi menjadi persoalan,” ucap Fadhli.

Fadhli menambahkan anak muda harus menyadari bahwa Aceh itu perlu dibangun dengan semangat kolektif. Jika perjuangan ini dilakukan bersama-sama secara tidak langsung nilai tawar itu akan terbangun dengan sendirinya.

Sampai saat ini, kata Fadhli, bisa dikatakan tidak ada gerakan yang dapat mewakili dan merepresentasikan gerakan anak muda Aceh. “Aceh kehilangan gerbong anak muda sebagaimana Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) di masa konflik,” ujarnya.

Menurut Fadhli, karena ketiadaan gerbong, tidak ada yang dapat menjadi representasi anak muda. “Sehingga jika pun ingin dilibatkan tidak tahu mau dilibatkan yang mana, karena kondisi anak muda sendiri tercerai berai”.

“Anak muda saat ini lebih suka mendirikan organisasi ketimbang membangun gerakan. Dampaknya, perjuangan anak muda lebih partisan dan sektarian sehingga kehilangan orientasi kepentingan kolektif,” pungkas Fadhli.

Baca juga: Zulfikar Muhammad Paparkan Alasan Revisi UUPA, dan Nilai Tawar Aceh kepada Jakarta.[](Adam Zainal)

BERITA POPULER

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Mustanir Ketua Umum BaPOMI Aceh 2023-2027

BANDA ACEH — Prof. Mustanir, M.Sc., terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Badan Pembina...

Pj Bupati Aceh Utara Datangi Balai Wilayah Sungai Soal Kelanjutan Bendung Krueng Pase, Begini Perkembangan Terbaru

ACEH UTARA - Penjabat Bupati Aceh Utara Azwardi kembali mendatangi Kantor Balai Wilayah Sungai...

Timsel Lakukan Ini Usai Ujian Tulis Calon Anggota KIP Lhokseumawe

LHOKSEUMAWE - Tim Independen Penjaringan dan Penyaringan Calon Anggota KIP Lhokseumawe periode 2023-2028 sedang...

Aceh Utara Raih Dua Piala pada Ajang Gelar TTG Provinsi, Ini Kata Pj Bupati Azwardi

LHOKSUKON - Kabupaten Aceh Utara berhasil menyabet dua gelar juara dari arena Gelar Teknologi...

[PUISI] Putra Kegelapan

Putra Kegelapan Karya: Thayeb Loh Angen Penyair dari Sumatra, Aceh. Kutanyakan akan malam ia tidak menjawab ia memantulkan kegelapannya...

Menyusuri Pesona Keindahan Air Terjun Soraya di Kota Subulussalam

SUBULUSSALAM - Air Terjun Soraya merupakan salah satu air terjun yang berada di kawasan...

Tidak Buka Formasi CPNS dan P3K 2023, Begini Penjelasan Pemko Subulussalam

SUBULUSSALAM - Pemerintah Kota Subulussalam memastikan tidak ada penerimaan formasi CPNS dan P3K tahun...

Sekjend Demokrat: 4 Pertemuan dengan Jokowi Inisiatif Istana

JAKARTA - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat menyebutkan bahwa empat pertemuan dengan Presiden...

Ini Pesan Pj Bupati Aceh Utara saat Pelepasan JCH Kloter 8

ACEH UTARA - Penjabat Bupati Aceh Utara Azwardi melalui Sekda A. Murtala melakukan pelepasan...

Perempuan, Pendaftar Pertama Calon Anggota Panwaslih Kabupaten/Kota di Zona 1 Aceh

BANDA ACEH - Tahapan pendaftaran calon Panwaslih kabupaten/kota di Aceh berlangsung sejak 29 Mei...

Pemerintah Aceh Raih BKN Award Kategori Penerapan Pemanfaatan Data Sistem Informasi dan CAT

BANDUNG - Pemerintah Aceh meraih penghargaan BKN Award Kategori Penerapan Pemanfaatan Data Sistem Informasi...

Tersangka Hariadi Baca Buku Buffett Hasilkan 100 Juta Dolar, Handphonenya Disita Polisi di Lapas Lhoksukon

ACEH UTARA - Tim Polres Aceh Utara menyita puluhan handphone saat penggeledahan semua kamar...

Jumlah Santri Dayah di Gayo Lues Meningkat

BLANGKEJEREN - Orang tua di Kabupaten Gayo Lues banyak memilih menyekolahkan anaknya di dayah...

Geledah Lapas Lhoksukon, Kapolres Aceh Utara Temukan Bong Sabu dan Handphone

ACEH UTARA - Tim Polres Aceh Utara menemukan alat isap atau bong sabu di...

Aceh Utara Terima Penghargaan dari Kemendikbudristek

JAKARTA - Kabupaten Aceh Utara mendapatkan apresiasi tinggi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan...

Timsel Calon Panwaslih Kab/Kota Zona II Aceh Buka Pendaftaran

TAKENGON - Tim Seleksi (Timsel) Calon Anggota Panwaslih Kabupaten/Kota Zona II Provinsi Aceh periode...

Ungkap Kasus 12 Kg Sabu, Personel Polres Aceh Utara Terima Penghargaan

LHOKSUKON - Kapolres Aceh Utara AKBP Deden Heksaputera, memberikan penghargaan kepada tujuh personel Satuan...

Bakri Siddiq Lepas Jemaah Calon Haji Kota Banda Aceh Kloter Tujuh

BANDA ACEH - Penjabat (Pj) Wali Kota Banda Aceh Bakri Siddiq melepas Jemaah Calon...

SBY ke Kader Demokrat: Jika Keadilan tak Datang, Kita Berhak Memperjuangkannya

JAKARTA - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku mendapat informasi...

12 Rumah Warga Tungel Rikit Gaib Terbakar, PT Kencana Hijau Salurkan Bantuan Masa Panik

BLANGKEJEREN - Dua belas rumah warga Desa Tungel, Kecamatan Rikit Gaib, Kabupaten Gayo Lues,...