Senin, Oktober 7, 2024

Kunjungi Korban Kebakaran di...

SUBULUSSALAM - H.Affan Alfian Bintang, S.E bersama Hj. Mariani Harahap, S.E mengunjungi korban...

Tidak Ikut Seleksi PPPK,...

SUBULUSSALAM - Ratusan tenaga kesehatan (Nakes) Kota Subulussalam datangi Kantor DPRK Subulussalam, Senin,...

Anggota DPRK Antoni Angkat...

SUBULUSSALAM - Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kota Subulussalam diingatkan agar menjaga netralitas...

Emak-Emak Gayo Lues Muak...

BLANGKEJEREN - Emak-emak di Kabupaten Gayo Lues mengaku sudah muak dengan janji kandidat...
BerandaBerita Banda AcehPemerintah Dukung ISBI...

Pemerintah Dukung ISBI Aceh Buka Tiga Prodi Baru

BANDA ACEH – Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh menggelar FGD untuk mematangkan penyusunan dokumen usulan tiga program studi baru di kampus tersebut. Diskusi berlangsung di ruang pertemuan Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Aceh Besar, dihadiri kalangan akademisi dan pemerintah, Rabu, 10 Agustus 2022.

Rektor ISBI Aceh, Dr. Ir. Mirza Irwansyah, M.B.A., M.LA., mengatakan ketiga program studi baru yang akan dibuka di ISBI Aceh dalam tahun ini Prodi Kajian Sastra dan Budaya (S-1), Prodi Desain Interior (S-1), dan Prodi Bahasa Aceh (S-1). Dengan demikian FGD ini menjadi sangat penting untuk mendapatkan masukan dan pendapat dari para ahli terkait urgensi lahirnya ketiga prodi tersebut nantinya.

“Tapi yang paling penting ialah kompetensi para lulusannya nanti sehingga mereka bisa mengisi kekosongan-kekosongan yang belum terpenuhi di dunia kerja saat ini,” ujar Mirza Irwansyah.

Mirza mengatakan inisiatif melahirkan ketiga prodi tersebut berdasarkan pertimbangan yang matang baik secara akademik maupun sosiologis melihat perkembangan budaya, sastra, maupun bahasa Aceh yang perlu dilestarikan sebagai esensi atau marwahnya orang Aceh. Karenanya ISBI Aceh bisa menjadi wadah bagi insan akademik yang ingin memperdalam berbagai kesenian maupun budaya dan sastra Aceh yang selama ini belum tertampung di perguruan tinggi sebagai mata kuliah khusus.

Ketiga naskah akademik terkait rencana pembukaan tiga prodi baru tersebut dipresentasikan tiga narasumber. Dr. Ir. Izziah, M.Sc., dari Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala menyampaikan dokumen penyusunan Program Studi Desain Interior. Izziah menyampaikan bahwa hadirnya prodi ini akan berdampak pada lahirnya para profesional di bidang interior yang saat ini masih terbatas di Aceh.

Selama ini pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan dunia interior masih dilakukan oleh para arsitek, padahal keduanya merupakan disiplin ilmu yang berbeda. Di Indonesia, perguruan tinggi yang memiliki jurusan ini juga masih sangat terbatas dan hanya ada di beberapa perguruan tinggi di Jawa dan Bali.

“Kalau bisa ISBI Aceh menjadi leader untuk jurusan ini dan kredit-kredit yang telah disusun saya kira sudah sesuai. Intinya Prodi Desain Interior ini wajib ada dan kita nanti juga bisa bekerja sama dengan konsultan-konsultan yang ada di Aceh dalam mendidik mahasiswa. Namun, perlu juga ditekankan dalam visi misinya bahwa mahasiswa-mahasiswanya nanti memiliki semangat entrepreneurship,” ujarnya.

Terkait Prodi Bahasa Aceh, mendapat masukan-masukan kritis di antaranya dari Prof. Mohd. Harun dari FKIP USK. Kehadiran prodi ini menurutnya perlu disambut baik karena selama ini pelajaran Bahasa Aceh di sekolah-sekolah masih diajarkan sebatas muatan lokal, belum menjadi mata pelajaran sebagaimana halnya Bahasa Sunda di Jawa Barat. Di FKIP USK, katanya, pernah dirancang rencana pembukaan Jurusan pendidikan Bahasa Aceh, tetapi sampai sekarang belum terealisasi.

Selama ini, menurutnya, yang mengisi kelas-kelas muatan lokal bahasa Aceh tersebut tidak memiliki latar belakang pendidikan kebahasaan yang mumpuni. Dalam hal ini, ISBI Aceh perlu mengambil ruang tersebut untuk mengisi kekosongan, termasuk guru bahasa Aceh di Aceh.

Terakhir, berkaitan dengan Prodi Kajian Sastra dan Budaya sebagaimana disampaikan Dr. Drs. Yusri Yusuf, M.Pd, merupakan penyeimbang kurikulum-kurikulum yang ada di ISBI Aceh yang masih menitikberatkan pada kurikulum seni. Khusus untuk prodi ini sebelumnya sudah pernah dilaksanakan FGD untuk mengetahui pandangan dan animo masyarakat terhadap prodi tersebut.

Bahkan, pihaknya juga pernah melakukan studi banding ke beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Airlangga dan Universitas Sebelas Maret untuk mendapat masukan potensi hadirnya prodi tersebut di Aceh.

“Bisa dikatakan bahwa prodi ini adalah menyatukan dua kapling besar, yaitu budaya dan sastra. Secara nomenklatur prodi ini hadir berdasarkan pertimbangan apa yang cocok kita buka untuk pasar dan selaras dengan lapangan pekerjaan,” ujarnya.

Wakil Rektor Bidang Akademik ISBI Aceh, Dr. Wildan, M.Pd., menyampaikan, berbagai pendapat dan masukan dari para narasumber, dan sambutan positif pemerintah, akan menjadi bahan bagi pihak kampus untuk melengkapi draf naskah kurikulum yang telah disiapkan. Di tahap awal rencana pembentukan program studi baru tersebut, kata Wildan, ada prodi yang tadinya direncanakan untuk sarjana atau diploma.

Hasil FGD ini mendapat sambutan baik dari pihak pemerintah, misalnya wakil Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Balai Bahasa Proponsi Aceh, dan akademisi USK.

Rektor menutup FGD dengan menyebutkan, “Kita rembukkan dan matangkan lagi nanti, barangkali kami juga akan mengundang kembali Bapak-Ibu untuk berdiskusi, meskipun tidak dalam forum resmi seperti ini.”

Kehadiran tiga prodi baru tersebut nantinya akan melengkapi enam program studi yang terdapat di dua jurusan di ISBI Aceh, yaitu Prodi Seni Karawitan, Prodi Seni Tari, dan Prodi Seni Teater di Jurusan Seni Pertunjukan serta Prodi Seni Rupa Murni, Prodi Kriya Seni, dan Prodi Desain Komunikasi Visual di Jurusan Seni Rupa Desain.

Sejumlah akademisi yang menghadiri FGD ini di antaranya Dr. Abdul Gani Asyik, Nurdin Ar, Dr. Deni Iskandar, Rahmad Nuthihar, dan Armia. Karyono, Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh hadir dan menyatakan dukungan dengan mengajak kerja sama dalam berbagai aspek bahasa dan sastra.

Perwakilan dari Disbudpar Aceh, Syahrul, menyatakan pemerintah sangat mendukung lahirnya ketiga program studi tersebut. Apalagi saat ini pihaknya sedang menyiapkan Rancangan Qanun Bahasa Aceh yang melibatkan tiga tenaga ahli, yaitu Prof. Mohd. Harun, Dr. Wildan, dan Dr. Abdul Gani Asyik sebagai penyusun naskah akademik. Salah satu muatan qanun ini nantinya ialah bahasa Aceh akan diajarkan di seluruh jalur pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Kehadiran qanun ini nantinya akan memberikan kemudahan bagi para lulusan ISBI khususnya pada Prodi Bahasa Aceh dalam mencari pekerjaan. Oleh karena itu, kehadiran prodi ini dinilai sangat relevan dan sejalan dengan apa yang sedang direncanakan Pemerintah Aceh.[](ril)

 

Baca juga: