ACEH UTARA – Pihak PT Rudy Jaya selaku rekanan menyatakan progres pembangunan proyek rehabilitasi Bendung Irigasi Krueng Pase yang berada di antara Kecamatan Meurah Mulia dan Nibong, Kabupaten Aceh Utara, persentasenya masih 40 persen. Meskipun kontrak kerja proyek itu (sejak November 2021 sampai Desember 2022) telah berakhir, tapi rekanan telah meminta peggantian waktu kepada Balai Wilayah Sungai Sumatra I untuk melanjutkan pekerjaan tersebut.
Koordinator Lapangan PT Rudy Jaya, Laksmana Putra Sadhana, kepada wartawan, Kamis, 12 Januari 2023, mengatakan kontrak kerja rehabilitasi Bendung Irigasi Krueng Pase itu sejak November 2021, namun efektif bekerja di lapangan pada Mei 2022. Karena saat itu terjadi banjir, juga dilakukan pembebasan lahan, dan review design. Sehingga dilakukan mutual check awal atau MC-0 merupakan kegiatan penghitungan kembali volume item pekerjaan dan disesuaikan antara gambar rencana dengan kondisi lapangan. Artinya, acuan untuk kerja awal itu baru selesai akhir April 2022, dan startnya pada Mei 2022.
“Oleh karena itu, kita mengajukan penambahan waktu kepada pihak BWS Sumatra I. Sehingga kita bisa mendapatkan penambahan waktu, sesuai pengajuan kita enam bulan yang meminta penggantian (penambahan) waktu tersebut,” kata Laksmana Putra Sadhana di ruang kerjanya di Kecamatan Samudera, Aceh Utara.
Laksmana menyebut nilai kontrak rehabilitasi Bendung Irigasi Krueng Pase Rp44,8 miliar bersumber dari APBN. Item yang sudah dikerjakan seperti kantong lumpur bendung atau bagian awal dari saluran primer, mercu bendung, dan pintu air bagi irigasi. “Item yang belum dikerjakan adalah daerah olakan atau hilirnya mercu, karena debit air di sungai itu terkadang menjadi pengerjaannya membuat terhambat di lapangan. Mudah-mudahan saat kondisi cuaca kemarau bisa mengerjakan item lainnya bisa mencapai 100 persen semua”.
“Untuk dinding tegak dan apron sudah ada, tapi pemasangan batu untuk dindingnya masih kurang juga. Kalau saya melihat gambaran di lapangan tinggal di (bagian) olakan saja yang harus kita bergulat dengan air. Yang lainnya tinggal di bagian atas semua,” ujar Laksmana.
Sementara itu, Pj. Bupati Aceh Utara, Azwardi, pada 4 Januari 2023, telah melakukan koordinasi dengan Kepala Dinas Pengairan Provinsi Aceh dan pihak Balai Wilayah Sungai I terkait kelanjutan proyek Bendung Irigasi Krueng Pase bersumber dari APBN. “Alhamdulillah, hasil koordinasi saya dengan Kadis Pengairan Aceh dan pihak Balai (BWS-I), Insya Allah, proyek Bendung Krueng Pase itu komitmennya dilanjutkan pekerjaannya sampai tuntas,” ujar Azwardi dikonfirmasi portalsatu.com, 5 Januari 2023 lalu.
Diberitakan sebelumnya, masyarakat Gampong Maddi, Kecamatan Nibong, Aceh Utara, mengeluhkan proyek rehabilitasi Bendung Irigasi Krueng Pase yang berada di antara Kecamatan Meurah Mulia dan Nibong hingga saat ini belum rampung, dan terkesan mangkrak. Dampaknya, petani di wilayah itu tidak bisa menggarap sawah secara maksimal.
Pantauan portalsatu.com, Selasa, 3 Januari 2023, di lokasi Bendung Irigasi Krueng Pase tampak sepi, tidak terlihat pekerja proyek bersumber dari APBN yang ditangani PT Rudy Jaya itu. Enam ekskavator (alat berat beko) masih berada di lokasi, tapi tanpa operator. Sejumlah lapak dagangan milik warga di lokasi proyek tersebut sudah tutup.
Proyek rehab Bendung Krueng Pase itu dikerjakan sejak November 2021. Sebelumnya pihak perusahaan pelaksana menargetkan pembangunan selesai pada Desember 2022. Faktanya, sampai sekarang belum tuntas.
Keuchik Gampong Maddi, Kecamatan Nibong, Abdurrahman, menilai pembangunan bendung tersebut terkesan mangkrak karena progres pekerjaan di lapangan masih sangat rendah.
Abdurrahman mengaku sering menerima keluhan masyarakatnya terkait lambannya pembangunan Bendung Irigasi Krueng Pase. Lambannya pekerjaan proyek itu berdampak terhadap sawah warga di Gampong Maddi maupun desa lainnya dari sayap kiri dan kanan Krueng Pase.
“Harapan kita kepada pihak PT Rudy Jaya supaya mengerjakan lebih cepat proyek itu. Karena sudah banyak pengaduan masyarakat kepada saya mengenai lahan warga ambruk di bantaran Krueng Pase akibat lambannya pembangunan proyek. Kondisi seperti ini akan membuat para petani mengalami kerugian,” kata Abdurrahman kepada wartawan di lokasi Bendung Irigasi itu, Selasa (3/1).
Menurut Abdurrahman, dampak lainnya adalan sawah petani mengalami kekeringan cukup lama. Akibat tidak ada suplai air irigasi, selama ini masyarakat hanya menggarap sawah dengan mengandalkan tadah hujan sebagai sumber air.
“Lahan sawah yang mengalami kekeringan di Gampong Maddi, Kecamatan Nibong, diperkirakan sekitar 15 hektare. Itu belum termasuk di gampong lainnya, yang kondisinya juga sama,” ucap Abdurrahman.[]